MDA/DTA - MTI AIR BARU MANINJAU

MDA/DTA - MTI AIR BARU MANINJAU
LOKASI : BANGUNAN MADRASAH, Alamat : Jorong Pasar Maninjau, Jalan H. Udin Rahmani, Gang Air Baru Maninjau, Kode Pos 26471

Minggu, 14 Oktober 2012

Uniknya Guru Mengaji


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kepada Allah swt, Shalawat buat Rasulullah saw.

Ada hal unik yang saya temukan dalam sistem pendidikan MDA/DTA. Mengapa saya katakan unik ? Pertama, maaf sebelumnya, sepanjang yang saya ketahui kebanyakan guru-guru MDA/DTA, saya lebih senang menyebut mereka ustadz atau ustadzah, sebab mereka layak mendapatkan penghormatan untuk itu, latar belakang pendidikan mereka rata-rata  tamat SLTA bahkan ada yang tamat SD, bukan berlatar belakang kependidikan, tapi produk yang lahir dari upaya pendidikan yang mereka terapkan bukan main-main, sembilan puluh sembilan persen keberhasilannya diakui. Adakah kita temui anak-anak yang tamat mengaji di MDA/DTA yang masih buta baca al-Quran ? Tidak mengerti tentang shalat ? Tidak paham dengan ilmu akidah, ibadah dan akhlak ? Jika ada, tidak lebih dari pada kasuistik yang memang bisa jadi anak tersebut bermasalah. Secara umum anak-anak jebolan MDA/DTA adalah anak-anak yang telah tertanam jiwa keshalehan pada dirinya, hanya saja terkadang pengaruh lingkungan atau sesuatu yang mengkontaminasi mereka dalam perkembangan selanjutnya yang menyebabkab terjadinya stagnasi. Kita mungking pernah, bahkan sering mendengar ungkapan, “ untung saya dulu ikut mengaji, jika tidak, mungkin sampai sekarang saya tidak akan pandai shalat dengan rangkaian bacaannya yang begitu banyak, mungkin saya tidak akan pandai membaca al-Quran dengan tulisan bahasa Arab yang rumit itu.” Coba kita bayangkan, jika saat ini, kala kita dewasa belajar shalat, membaca al-Quran, menghafal doa-doa panjang dan lafaz-lafaz zikir, mungkin kita tidak akan mampu, tapi guru mengaji itu telah menanamkannya kepada kita secara kontinu sesuai perjalanan usia kita, sehingga sekarang kita hanya tinggal menikmatinya. Saya katakan unik, karena sosok guru tersebut bukan berlatar belakang kependidikan, tapi mengerti tentang konsep pendidikan ala mereka sendiri, dan keberhasilannya, itulah yang kita saksikan.

Sebagai bahan perbandingan, dalam lembaga pendidikan formal, dikelola secara professional, dengan tenaga pengajar guru-guru berlatar belakang belakang pendidikan, sarjana, disuplai pula dengan segala macam bentuk pendidikan dan latihan bagi guru yang bersangkutan, coba lihat produk yang mereka hasilkan ? Kita bukan mengecilkan hasil yang dicapai, tapi kita bisa melihat sendiri, dan mampu menganalisis sendiri, dan membandingkan produk dari guru-guru mengaji,  mana yang lebih membentuk kepribadian dan yang melekat dalam jiwa anak didik ? Jawabannya kita sudah tahu. Sejauhmana kemampuan kita menganalisis, sejauh itu pulalah jawban yang dapat kita pahami.
Mereka para guru mengaji itu mungkin tak pernah diperkenalkan konsep pendidikan berkarakter, mungkin tak pernah ditunjukkan bagaimana cara mengajar yang baik, menjadi guru yang professional. Tapi karakter yang mereka munculkan, keprofesionalan yang mereka tunjukkan muncul secara alami. Rahasianya kalau saya menangkap berada pada sosok guru itu sendiri, mereka mengajar dan menerapkan konsep pendidikan dengan hati, kesadaran yang muncul dalam jiwa bahwa mendidik adalah suatu panggilan nurani, bukan sekedar transfer ilmu. Walau mereka tak mengenal konsep pendidikan para pakar pendidikan, sesungguhnya apa yang dikeluarkan para pakar itu telah lebih dulu mereka terapkan, kalaupun ditanyakan kepada mereka apa nama konsep tersebut, merekapun mungkin tak bisa jawab, tapi mereka telah menerapkannya. Keunikan yang begitu dahsyat bagi saya. Saya berani menyimpulkan, inilah kunci keberhasilan mereka para guru mengaji itu. Semoga Allah swt merahmati mereka dan memberi kebaikan yang banyak.

Kedua, keunikan lain yang saya temukan dalam pelaksanaan evaluasi, sebagaimana kita ketahui, dalam dunia pendidikan kita, keberhasilan pendidikan diukur berdasarkan hasil evaluasi, sehingga ada istilah ujian semester atau ujian akhir, bahkan ujian nasional. Umumnya pendidikan dinegri kita menerapkan ujian pada anak didik dengan sistem ujian bersama, artinya soal yang diujikan sama dalam satu kabupaten atau provinsi untuk seluruh lembaga pendidikan yang sejenjang. Soal tersebut dibuat oleh tim yang telah ditunjuk, lalu didistribusikan pada seluruh sekolah yang berada dalam teritorialnya. Untuk MDA/DTA, ini juga sepanjang pengetahuan saya, konsep itu tidak berlaku, guru yang memberikan pengajaran, guru itu pula yang mengevaluasi sendiri, juga terlepas dari kasuistik yang mungkin ada MDA/DTA yang menerapkan konsep evaluasi seperti ujian bersama di atas. Namun saya lebih cendrung dan bangga dengan konsep para guru MDA/DTA yang menerapkan sistem ujian yang langsung gurunya melakukan evaluasi. Sederhana cara berfikirnya, bukankah guru itu yang mengajar, ia yang lebih tahu tentang karakter anak didik, sehingga mampu merampungkan instrument soal sesuai dengan pemahaman tentang kemampuan anak didik. Malah suatu hal yang ironi, jika yang mengajar lain, yang mengevaluasi lain, parahnya lagi, yang menentukan keberhasilan lain pula. Inilah yang saya maksud konsep guru MDA/DTA ini unik. Saya katakan unik bukan berarti ganjil, toh penerapan itu sebenarnya lumrah, cuma saya katakan unik, metode yang mereka terapkan dalam evaluasi dengan cara seperti itu tampaknya tidak menjadi bahan perhatian dari kalangan pendidikan, mereka masih ngotot menerapkan konsep ujian bersama yang soalnya dibuat oleh tim, padahal tim itu sendiri belum tentu memahami seluruh karakter anak didik yang akan mendapatkan soal ujian, bukankah tim itu hanya beberapa orang, bukan keseluruhan guru yang terlibat dalam pembelajaran. Mungkin ada yang komentar, tim berbuat kan berdasarkan standar kurikulum, secara otomatis materi yang diujikan telah dipelajari anak didik. ? Tak semudah itu masalahnya, jika hanya untuk penguasaan materi secara kognitif, bisa jadi, tapi ini pendidikan, bukankah pendidikan itu mengarah pada pembentukan karakter yang selalu didengung-dengungkan ? Apakah selesai urusan karakter hanya dengan pencapaian kognitif ? Tanpa kemampuan mengukur apa yang dibutuhkan dan sesuai dengan karakter anak didik ? Ketahuilah, karakter anak didik hanya guru yang bersangkutan yang lebih tahu, maka mereka yang layak menguji anak didik. Berpolemik dalam masalah ini hanya akan melelahkan, maka saya kunci saja, saya katakana unik metode evaluasi guru MDA/DTA ini karena memang telah terbukti keampuhannya.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar